Dalam Buaian Sungai dan Budaya yang Masih Terjaga Baik

Copyright: Jurnal Barat Borneo
Assallamualaiqum Warahmatullahi Wabarakatuh,,
Salam sejahtera dan tetap semangat untuk kita semua. Kali ini, aku akan sedikit bercerita tentang perjalananku di Desa Parit Bugis, Kecamatan Segedong, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat. Tempat ini identik dengan penduduk yang ramah, budaya yang masih terjaga dengan baik serta sungai yang kiri kananya dihiasi pohon nipah yang  indah. Mayoritas penduduk di Desa ini memiliki kebun Kelapa, dan ada juga yang memiliki kebun buah naga.
Baiklah, cerita ini akan aku mulai di bagian ini. Bercerita tentang budaya, setiap malam jum’at penduduk di Desa Parit Bugis rutin melaksanakan agenda wiritan. Selain itu, acara Khataman Qur’an yang seringkali diadakan dengan susunan acara yang meriah. Sungguh kebudayaan yang indah dan terjaga dengan baik. Waktu itu, aku dan teman-temanku sempat menghadiri acara Khataman Qur’an dirumah warga Desa Parit Bugis, kebetulan aku kenal dengan pemilik rumah, yaitu Bang Hidayat (seniorku di Kampus).
Aku sempat grogi saat duduk berhadapan dengan warga desa yang tidak aku kenal, namun itu semua hilang secara spontan, mereka dengan ramah menyapa dan menyuguhiku makanan dan minuman, “silakan di makan dek”, jelas mereka. Tanpa rasa ragu aku langsung menyantap hidangan yang mereka letakan di depanku. Ada beberapa kue dan kopi sebagai hidangan pembuka.
Dok. Pribadi
Barusan tadi tentang budaya, kali ini tentang sungai yang indah dan spot memancing udang yang paling aku cari saat berada di Desa Parit Bugis. Ada banyak tempat memancing di desa ini, bahkan disamping rumahpun kalian sudah bisa bersiap-siap mengankat joran pancing yang akan dimakan udang. Namun aku memilih pergi agak jauh dari rumah dengan tujuan mencari pemandangan yang indah dengan spot memancing udang yang lebih menjanjikan.
Waktu itu, aku dan temanku ujang, rizal dan ichan pergi memancing di muara sungai yang dikenal warga setempat dengan nama “muara Keluang”. Menurut keterangan warga, ada banyak udang disana, dan aku semakin semangat untuk ketempat itu.
Waktu itu aku, ujang, Rizal dan Ichan sudah siap dengan umpan dan joran untuk memancing. Namun kami masih harus menyewa sampan untuk sampai ke lokasi yang akan kami tuju (muara Keluang). Sewa sampan tergolong murah, kalian hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp. 10.000 untuk pemakaian selama satu hari (12 jam). 
Dok. Pribadi
Sampan sudah siap, saatnya meluncur ke lokasi. Lokasi memancing (sungai Keluang) tidak terlalu jauh dari tempat menyewa sampan, kurang lebih hanya memakan waktu selama 5 sampai 10 menit mendayung. Setelah sampai, aku melihat ada bapak-bapak keturunan Tionghua yang sedang asyik memancing udang. Kamipun mendekati dan menanyakan apakah ia sudah dapat udang atau belum. Wah, benar memang keterangan warga Desa Parit Bugis, tempat ini memang banyak udangnya. Aku melihat ada beberapa ekor Udang Galah berukuran jumbo di dalam sampan bapak-bapak yang aku tanyai tadi.
Akupun semakin bersemangat, tidak menunggu waktu lama, aku menjatuhkan mata pancing yang sudag aku kaitkan umpan, dengan antusias aku menunggu Udang memakan umpan yang aku kaitkan tersebut. Anehnya, sudah berjam-jam lamanya umpanku belum dimakan, ada apa ini pikirku? Aku sontak bertanya kepada bapak-bapak tadi. “pak, umpanya apa pak? Langsung beliau menjawab bahwa umpan yang dipakai adalah udang kecil yang masih hidup. Oh, pantasan umpan ku tidak dimakan, ternyata aku salah umpan. Aku berfikir umpan yang digunakan bisa sama dengan umpan yang biasa aku gunakan saat memancing ikan (cacing tanah), ternyata salah.
Dok. Pribadi
Haripun sudah mulai gelap, aku dan teman-temanku memutuskan untuk pulang ketempat kami menginap di Desa Parit Bugis, yaitu rumah Ichan. Keesokan harinya, aku, Ujang, Rizal dan Ichan kembali lagi ke muara Keluang. Dengan umpan udang kecil, kami berhasil mendapatkan beberapa ekor Udang.
Bagaimana kisah ini, menarik atau tidak? Nantikan kisah-kisah perjalananku, serta tulisan lainya yang berkaitan tentang budaya dan tempat-tempat wisata di Kalimantan Barat, yang akan aku tuliskan untuk kalian setiap harinya di Blog Sederhana ini.
Ngomong-ngomong, aku beberapa hari ini kurang tidur, maklum sudah kecanduan Internet (tertawa). Saran nih teman-teman, untuk kalian yang terlanjur sudah kecanduan berselancar di dunia maya, ada baiknya kalian menjadi pecandu yang bijak. Bijak dalam artian, menggunakan internet secara baik dan benar, serta lebih baik lagi jika kalian bisa menghasilkan suatu karya, baik itu dalam bentuk tulisan, photo dan video yang dapat memotivasi orang banyak. Jangan mengharapkan imbalan dulu, memang si banyak tempat megunggah sesuatu di Internet yang dapat menghasilkan uang. Seperti Video yang di unggah di YouTube, dan lain sebagainya. Ikhlaslah bekarya, dan jika kamu memang berniat belajar mandiri dengan cara yang dijelaskan barusan, tidak ada salahnya juga. Namun, dalam tanda kutip harus menampilkan konten yang mendidik dan memberikan informasi kepada pembaca, penonton dan yang melihat karya-karyamu. 

Nah, cukup sekian kisah perjalananku di Desa Parit Bugis. Sebenarnya kalau diceritakan seluruhnya, mungkin tidak akan cukup ratusan halaman di Microsoft Word. Tetap jaga kesehatan, jaga kelestarian alam dan tetap semangat ya teman-teman. Assallamualaiqum Warahmatullahi Wabarakatuh.. 

Comments

Popular posts from this blog

Jurnal Barat Borneo : Rekomendasi Tempat Wisata Liburan Tahun Baru Terbaik di Kalimantan Barat

Dari Kaki Pegunungan Niut: Toleransi Antar Umat Beragama yang Kuat itu Terasa

Keladi (Raksasa)