Sepenggal Cerita yang Tertanam Abadi di Sisi Barat Bumi Borneo

©Jurnal Barat Borneo
Kali ini saya akan menulis sedikit panjang, menceritakan beberapa perjalanan yang paling menyenangkan selama ini. Ada beberapa tempat yang memiliki keindahan dan keunikan tersendiri, sehingga menuntut saya untuk mengabadikanya ke dalam tulisan ini.
Lagi-lagi tentang Kalimantan yang menyimpan banyak kejutan yang tidak terduga. Saya tidak dapat mengingkari, sudah terlalu dalam untuk saya mencintai tanah "Borneo" ini.
Berikut adalah catatan perjalanan yang akan saya bagikan kepada kawan-kawan yang masih setia mengikuti perjalanan saya. Saya sangat mengapresiasi sekali, saya akan lebih bahagia jika kawan-kawan mau berperan aktif dalam memperkenalkan keindahan alam, budaya dan keunikan masyarakat di Kalimantan, Khususnya Kalimantan Barat dengan membagikan tulisan sederhana ini kepada teman-teman kalian.
Baiklah, saya akan memulai cerita yang sudah saya persiapkan untuk kalian, selamat menikmati dan mudah-mudahan tulisan sederhana ini dapat memotivasi kalian untuk mencintai tanah air tercinta ini, Indonesia.
Pertama-tama, saya akan menceritakan pengalaman saya saat berpetualang bersama teman-teman saya di Gunung Dait, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Saya yakin sekali, kalian yang sudah pernah ke Air terjun Riam Dait pasti tau lokasi Gunung Dait ini. Iya, posisi Gunung Dait berada tepat di Atas Air terjun Riam Dait . Untuk sampai ke Puncak pertama, kalian harus mendaki selama kurang lebih 45 menit, tidak terlalu tinggi dan lumayan mudah. 

Jejak di Gunung Dait

Pada waktu itu, saya dan teman-teman memilih bermalam selama 2 hari 2 malam di tengah gunung dait. Lokasi basecamp tempat kami bermalam lumayan jauh, kisaran 10 sampai 11 KM dari puncak pertama Gunung Dait. Kami memilih bermalam di dekat salah satu air terjun yang tidak banyak diketahui keberadaanya. Air terjun ini tidak tinggi, namun cukup indah, namanya Air Terjun PegaramKami sempat mengabadikan beberapa gambar di lokasi air terjun Pegaram ini, sambil memasak nasi, memancing ikan, dan itu membuat saya sangat bahagia.
©Jurnal Barat Borneo
Dalam perjalanan, saya seringkali bertemu dengan pohon-pohon besar yang tumbuh tegak, saya tidak dapat memluknya, karena ukuran pohon tersebut terlalu besar, saya hanya bisa bersandar di kaki pohon yang kuat. Sekali lagi saya bersyukur, masih bisa melihat fenomena ini. Lihatlah gambar di samping ini, dan bayangkan anda di posisi saya, anda akan bahagia bukan?
Belum lagi pada saat malam hari, suara belalang dan hewan-hewan malam begitu memanjakan jiwa. Suasana hening cocok untu menenangkan diri. Suara air mengalir disungai, Suara Burung Ruai, dan hewan lainya, seperti menghipnotis jiwa yang sedang gundah saat itu (curhat).
Ada satu lagi kejadian yang tidak dapat saya lupakan, ketika saya bermain perosotan di Air Terjun Pegaram . Jujur itu membuat saya berpikir dua kali untuk melakukan hal yang serupa lagi, hampir saja kaki saya cidera, saya beruntung ada sarung parang yang melindungi kaki bagian paha saya saat berbenturan dengan batu. 
Kalian pasti penasarankan dengan keseluruhan aksi petualangan saya di gunung Dait bersama teman-teman saya. Baiklah, saya akan memberikan kalian jawaban dengan video di atas ini. Kalian bisa menonton petualangan saya di Gunung Dait bersama teman-teman saya tempo hari sepuasnya. 
Disamping adalah video full pertualangan saya dan teman-teman tempo hari. Selamat menikmati. Mungkin sudah saya ceritakan seluruhnya kejadian yang terjadi di Gunung Dait dimasa itu. Baiklah, selanjutnya saya akan menceritakan petualangan yang paling berkesan dalam perjalanan saya yang lainya. Petualangan berikut ini sedikit melelahkan, karena saya harus mendaki selama 6 jam bersama teman-teman saya yang lainya. Medan yang cukup rumit dan cuaca yang berubah-ubah waktu itu, membuat petualangan ini penuh warna dan tidak akan di lupakan. Selain itu, ada yang menarik dalam perjalanan berikut yang baru saya sadari baru-baru ini. Pada saat itu, dalam satu rombongan, ternyata kami berasal dari etnis yang berbeda-beda. Wah, sungguh integrasi yang sangat baik mengingat kerjasama kami dalam melakukan pendakian waktu itu sangat kompak sekali. Saya sendiri berasal dari etnis Melayu, teman saya ada yang keturunan Syarif (Arab) , Aceh, Dayak dan Jawa. Sungguh indah bukan, inilah yang dimakan perbedaan di Indonesia itu indah. Baiklah, langsung saja masuk ke cerita utamanya.

Harmonis dalam keberagaman di Air Terjun Bedawan/ Bedawat

Sudah saya sebutkan diatas, bahwa perjalanan ke lokasi ini memakan waktu selama 6 Jam. Saya dan teman-teman harus melewati medan yang sangat sulit seperti tanjakan yang terjal, melewati sungai, digigit pacat, terpeleset, dan pindah lokasi tenda pada malam hari dikarenakan sungai yang dekat dengan lokasi basecamp kami pasang. Cukup melelahkan, namun sangat menyenangkan. Pada bagian ini, saya tidak bisa menulis panjang lebar, karena saya rasa sudah saya ceritakan secara keseluruhan. Kalian juga bisa melihat dokumentasi hasil perjalanan saya waktu itu dalam video diatas.
Selamat menyaksikan dan semoga kalian bisa terhibur. saksikan cerita selanjutnya yang akan saya tulis dalam beberapa hari kedepan.
Hampir saya lupa, kalau kalian masih penasaran dengan petualangan-petalangan saya yang lainya, kalian bisa melihatnya di playlist video perjalanan sederhana saya di bawah ini. Selamat menyaksikan kawan-kawan.













Jangan lupa, bumi Indonesia itu indah dan adalah kewajiban kita untuk menjaga keindahan alamnya. Salam Lestari, semoga sehat selalu.

Comments

  1. terima kasih Bang Ben, mohon juga koreksinya untuk postingan berikut, terima kasih banyak.,
    https://jurnalbaratborneo.blogspot.co.id/2018/02/dari-kaki-pegunungan-niut-toleransi.html

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jurnal Barat Borneo : Rekomendasi Tempat Wisata Liburan Tahun Baru Terbaik di Kalimantan Barat

Dari Kaki Pegunungan Niut: Toleransi Antar Umat Beragama yang Kuat itu Terasa

Keladi (Raksasa)