Singkat Cerita Masyarakat Pengendali Api
Masyarakat di daerah pedalaman
Kalimantan Barat sudah tidak asing dengan kegiatan berladang. Dari keseluruhan
proses membuat ladang, ada satu proses yang menarik untuk di ceritakan, yaitu
proses membakar sisa tebasan yang ada di lahan untuk dijadikan ladang. Ada alasan
tertentu yang mendasari saya untuk menulis cerita ini, yaitu kebakaran hutan
yang hingga detik ini masih menjadi topik yang panas di berbagai media.
Batas Api Menjalar
Masyarakat pedalaman di
Kalimantan Barat khususnya di daerah saya sendiri, mempunyai cara yang unik untuk
mencegah api menjalar ke tempat yang tidak diinginkan. Cara tersebut biasanya
mereka lakukan dengan membasahi rumput atau pohon yang berada di tepi tebasan
yang akan dibakar dengan air.
Bakar dari Tepi, Bukan dari
Tengah
Api pertama menjadi penentu
keselamatan manusia dan keselamatan
hutan yang ada di sekitar ladang. Dalam proses
membakar ladang, titik api pertama harus berada di tepi lahan yang akan di
bakar. Hal tersebut dilakukan agar kemungkinan untuk terjadinya kebakaran hutan
dapat dikendalikan. Apabila titik api pertama berada di tengah lahan yang akan
di jadikan ladang, jangankan hutan, manusia yang membakar lahan yang akan di
jadikan ladang itu sendiri juga bisa terkepung dan terbakar api.
Bakar Saat Cuaca Berangin Sedang
Tidak mungkin rasanya membakar
ladang tanpa angin. Percaya atau tidak, angin menjadi faktor keberhasilan dalam
membakar lahan yang akan di jadikan ladang. Hal barusan dikaitkan dengan arang
dan abu hasil pembakaran yang nantinya menjadi pupuk untuk tanaman padi dan tanaman
lainya. Akan tetapi, angin juga dapat menjadi petaka saat membakar ladang yang
akan di jadikan ladang. Rumusnya, api ditambah tiupan angin yang sedang sama
dengan bisa dikendalikan dengan mudah. Api ditambah tiupan angin yang kencang
sama dengan susah untuk di kendalikan dan dapat menyebabkan kebakaran.
Ladang Setelah Panen
Lahan yang sebelumnya adalah
sebuah ladang yang sudah dipanen biasanya dibiarkan untuk berladang kembali di
tahun berikutnya. Akan tetapi kebanyakan dijadikan pohon karet, sehingga lahan
bekas ladang tersebut menjadi hijau kembali dan tidak gundul.
Cukup sekian, tidak perlu panjang
lebar, yang penting jelas. Intinya masyarakat pedalaman bisa mengendalikan
kebakaran hutan. Lantas kebakaran hutan di daerah pedalaman salah siapa ya? Semoga
tidak dibakar secara sengaja aja deh, sayang kan, kelak generasi penerus hanya
menjadi pendengar dongeng atas keindahan alam Kalimantan.
Salam Lestari, Eban.
Comments
Post a Comment